Puasa kali ini berbeda dengan
puasa sebelumnya. Meskipun ini adalah kehamilan ke-3, tapi pada kehamilan yang
pertama lalu saya tidak sampai melewati puasa (baby pertama cuma sampe 6 bulan
and then lahir immature and passed awayL).
Sedang hamil ke-2 saat ramadhan masih trimester pertama so pasti tidak puasa
and then spontaneous complete abortionL.
Jadi ini adalah pengalaman pertama Ramadhan saat “hamil tua” alias trimester
ke-3.
Mestinya, menurut pemahaman teori
medis saya, kalo baby sudah masuk trimester 3, maka ibu hamil cukup aman untuk
puasa Ramadhan, as long as dia bisa menjaga keseimbangan intake nutrisinya dan
cairannya dengan baik pada saat sahur dan berbuka. Kalo pada saat trimester
pertama (1-3 bulan) rasanya rentan untuk berpuasa, karena janin sangat butuh
intake nutrisi baik makro maupun mikronutrien untuk pembentukan organ. Berbeda
dengan trimester ke-3 dimana semua organ –mestinya- sudah terbentuk dengan
baik, tinggal fase perkembangannya saja.
Tapi kurang sreg rasanya kalo
hanya berbekal pada minimnya pengetahuan saya saja. Well, dalam setiap kali
mengajar maupun “membantah ortu” (hehehe..) kan selalu meminta evidence
based-nya. makanya kali ini pun penasaran mengenai evidence based antara
pregnancy and fasting, alias kehamilan dan berpuasa (ramadhan).