Friday, May 20, 2016

Burnt, ketika passion, kerja keras, kompetisi, pertemanan dan ketulusan melebur…


Film ini menceritakan tentang kisah hidup seorang koki yang bernama Adam Jones. Diceritakan bagaimana Adam Jones memiliki segalanya, namun ia menghancurkannya karena penggunaan obat terlarang. Dia berusaha keras untuk berhenti dan setelah 2 tahun berhasil bebas dari narkoba, dia kembali untuk meraih mimpinya, yaitu memimpin dapurnya sendiri dan mendapatkan penghargaan 3 bintang Michelin (story plot lihat disini).



Menonton film yang dibintangi Bradley Cooper ini, meskipun sendiri, sangat menyenangkan. Walaupun agak kesusahan menangkap bahasa inggris aksen British bercampur dengan aksen Prancis yang rasanya bikin kuping meruncing dan lidah ikutan mulet-mulet, namun esensi film ini dapat ditangkap dengan baik, sehingga malah semangat untuk menuliskan artikel ini. Namun karna tidak bisa sepenuhnya menangkap setiap kalimat yang terlontar, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh, maka hasil dari googling disini  cukup membantu menyempurnakan pemahaman alur ceritanya (lumayanlah jadi lebih paham hahaha...).

Anyway, dalam film ini tertangkap beberapa nilai yang rasanya aku meng-iri-kannya, envy. Dalam film ini terlihat passion yang dimiliki oleh para koki itu pada saat mereka mengolah masakannya dan berusaha keras untuk menyajikan makanannya dengan sempurna. Bahkan si Adam Jones mengatakan, bahwa ia tidak hanya menyajikan makanan dengan level good, atau excellent saja, namun ia akan menyajikannya dengan perfect, sempurna. Karena itu untuk mencapai kesempurnaan itu, dalam waktu senggangnya, terus berlatih dan berlatih untuk mendapatkan cita rasa yang sempurna (lihatlah berkali-kali ia membuang makanannya karena dirasa kurang perfect – tidak untuk dikomentari sebagai mubazir yaa, hihihi...). Penggambaran situasi penyajian dalam film tersebut menurutku apik, sangat apik, sehingga membawaku larut dalam excitement pula. Sekilas aku membayangkan, betapa passion itu bisa membawa semangat yang luar biasa dan kemudian berandai-andai… seandainya sebagai dokter, memiliki passion yang demikian, alangkah indahnya. Passion yang akan membawa kita untuk selalu semangat dalam menyiapkan diri, dalam mempelajari ilmu kedokteran yang terus menerus berkembang, semangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pasien-pasien kita, bukan hanya mengobati, namun juga merawat dengan sepenuh hati, bersama tim yang juga memiliki passion yang setara, alangkah indahnya. Yah, tim… karena seorang dokter tidak akan mampu melakukannya sendirian. Dokter jelas sangat membutuhkan tim untuk memberikan layanan kesehatan yang paripurna bagi pasiennya. Aah yaa, tentang tim dalam film ini, bahwa tentu sebuah tim membutuhkan seorang pemimpin. Tapi tentunya bukan pemimpin yang otoriter, bentak sana, bentak sini, namun diakhir film ini, mereka berhasil manakala pemimpin memberikan kepercayaan kepada anak buahnya dan hand in hand, bersama-sama bekerja dengan tetap saling menghormati. Luarannya jelas, mereka berhasil, puas dan bahagia. Tentu akan menyenangkan jika  dokter dan juga tim-nya bisa mengadopsi hal ini. Walaupun berbeda dengan yang mereka –dalam film- itu lakukan, karena pada bidang kedokteran/kesehatan, bukan hasil akhir sempurna yang dituju, melainkan proses yang diberikan dengan usaha terbaiklah yang paling penting, namun tentulah tak salah jika kita mengambil contohnya. 

Nilai lain yang apik dari film ini adalah kompetisi, yang fair dan tidak fair, yang jujur dan yang licik. Kelicikan si Adam Jones kepada Michel sehingga menyebabkan tutupnya restorannya, dan kemudian dibalas oleh Michel saat Adam Jones berusaha untuk bangkit. Kompetisi yang keras, buruk dilawan dengan buruk, dan itu hal yang banyak kita temui di dunia nyata. Namun yang juga keren dalam film ini adalah adanya kompetisi yng fair, bersih dan tulus yang ditunjukkan oleh Reece, yang merupakan teman sekaligus saingan dari Adam Jones. Ini kata-kata Reece yang keren itu: “You're better than me. But the rest of us need you to lead us to places we wouldn't otherwise go”. Bukankah ini sebuah hal yang keren, bahwa dengan jujur mengakui bahwa teman, atau bahkan kompetitor kita, lebih baik dari kita? 

Adam Jones, Michel dan Reece juga menunjukkan arti pertemanan yang sebenarnya. Siapa yang bermuka manis kemudian menusuk dari belakang karena dendamnya, dan siapa sesungguhnya yang –meskipun kasar dan terasa menyakitkan- tetap bersaing dengan kita, namun berkata jujur dan dengan tulus mengakui kelebihan serta tetap merangkul kita dalam kejatuhan… teman sejati.

The last, film yang asik ini tentu akan sangat menyenangkan jika ditonton bersama seseorang yang memiliki interest, passion dan “dunia” yang mungkin serupa. Discussion will probably flow wider, or deeper… seperti juga dalam film ini antara Helena dan Adam Jones… heeyyy, #abaikan lanturan ini hahaha… finally, film yang dirilis 7 bulan yang lalu ini rasanya tak rugi untuk menontonnya, minimal bisa menularkan passion, semangat dan ketulusan di dalamnya. So, enjoy the movie ;)

…..
Catatan: Sengaja tidak menerjemahkan passion, karena dirasa translasi literal dalam bahasa Indonesia seperti antusiasme saja rasanya kurang mewakili, karena seharusnya didalamnya juga terdapat kecintaan/kesukaan, semangat, gairah dll


Jogjakarta, Sabtu, 21 Mei 2016 ; 01:17

*Re2016

2 comments: