Wednesday, April 12, 2017

Baby's Anger....

Suatu siang, dalam perjalanan ke resepsi kerabat di suatu kota di Jawa Timur… Tetiba Baby K (3,5 tahun) meminta kalung yang tengah kupakai.

Baby K : “aku mau itu… “
Mommy : “Ndak bisa Nak… kalung ini kebesaran buat kakak, nanti lepas… hilang”
Baby K : “pokoknya mau itu…. “
Mommy : “Mmm, gimana kalau besok kita beli yang lebih kecil buat Kakak…. Agree?”
Baby K : “Nggak mauuuuuu…..”

Dan dimulailah "drama tantrum", menangis meraung-raung… untung saja dalam mobil pribadi 😅
Menyikapi keadaan demikian, saya santai saja… saya bahkan bilang “Kakak mau nangis? Ok, nangis saja…” 😛


So 5 menit pertama, biasanya saya akan give her a little time to let out her anger, memberinya sedikit waktu untuk melepaskan kemarahannya. K enggak mau disentuh. Enggak mau dirayu. So yang saya lakukan hanya melihatnya saja. Well, menurut saya memberi baby ruang untuk melampiaskan kemarahannya adalah hal yang wajar, biarkan dia habiskan dahulu energinya tersebut, selama pelampiasannya tidak merusak (misal dengan membanting sesuatu atau memukul sesuatu/seseorang). Gimana kalau pelampiasan kemarahannya dengan memukul kita misalnya? yaaa, kalo saya sih ya saya pukul balik, tentu tidak dengan kekuatan yang sama, namun paling tidak bisa memberi “rasa” sakit sesuai yang dia lakukan. Biar dia ngerti kalo dipukul itu sakit. Atau jika keadaan memungkinkan, begitu dia memukul, bisa kita “isolasikan” sementara sampai dia berhenti memukul.

5 menit berikutnya, meskipun dia masih marah atau menangis meraung-raung, cobalah untuk memeluknya… Saya biasanya akan membuka kedua tangan dan bilang “come here Baby….” Atau “ayo sini, Mama peluk….” J Seringkali 5 menit kedua ini belum berhasil. Kadang masih menangis, meraung, masih merajuk…. Then let it be J. Namun pada menit** ini cobalah untuk mengalihkan perhatiannya, entah pada awan dan langit yang biru, pada mainan yang lain, pada makanan…. Pokoknya pecahkan fokusnya, lakukan distraksi konsentrasi pada yang lain. Biasanya sih pada K hal ini bisa berhasil, tapi mungkin pada anak yang lain belum tentu juga... maka perlu mencari strategi yang lainnya J

5 menit ke-tiga, biasanya K sudah mulai bisa melumer… perhatiannya terpecah, marahnya sudah berkurang, dan mulai mau disentuh atau dipeluk. Pada kejadian diatas, K sudah mau saya peluk dan saya dudukkan di pangkuan. Dan disitulah waktunya saya menjelaskan kenapa kalung itu tidak saya berikan, menjelaskan bahwa nanti akan dibelikan kalung yang sesuai ukurannya, atau sering juga saya jelaskan kenapa dia tidak bisa mendapatkan mainan yang dia inginkan.

Nampaknya hal diatas sederhana saja…. Namun pada kenyataannya tentu tidak semudah yang terjadi hari ini, atau bisa saja dalam sehari bisa terjadi beberapa episode diatas dengan kasus yang berbeda… Namanya juga balita J. Namun demikian, menghadapi anak-anak memang perlu strategi yang mungkin setiap orang akan berbeda sesuai dengan karakter balita yang dihadapinya.

Spesifik untuk K, 3 hal itu yang hampir selalu saya lakukan: (1) Biarkan dia meluapkan amarah dan kekecewaannya dahulu, (2) Peluk…. Bila perlu minta maaf, (3) Jelaskan dengan bahasa yang sederhana tentang peristiwa yang dihadapi, kenapa tidak boleh, kenapa dilarang dan seterusnya…

Khusus untuk kita para single Mom, pada saat seperti itu terkadang kita dalam keadaan sangat capek, entah karena tekanan pekerjaan, tekanan dari mantan pasangan, atau apapunlah. Dalam kondisi ini, jika ada anggota keluarga lain yang bisa kita minta bantuan untuk “menghandle” sementara si kecil, then ask for help, mintalah bantuan. Beri waktu pada diri anda sendiri untuk sekedar menurunkan tekanan yang internal anda. Kalo nggak ada…? well, mau nggak mau ya harus dihadapi sendiri. Yang biasa saya lakukan pada kondisi ini adalah: (1) Tarik nafas panjang, bisa beberapa kali sampai merasa lega… boleh sambil mengamati si Baby, atau jika tekanan sedang memuncak di ubun-ubun, masuk saja dahulu ke kamar (pastikan si kecil dalam posisi aman dahulu), dan menangis-lah sekuat-kuatnya. Biasanya saya membutuhkan waktu 10menitan untuk mengeluarkan semua marah atau tekanan yang ada di dada melalui tangisan ini … (whatever-lah kalo mau ada yang sebut cengeng, EGP J)… Kalau udah lega, (2) Hadapi si kecil dengan tips diatas….

Mungkin apa yang saya share diatas bukanlah sesuatu yang sempurna, apatah lagi jika hendak di-match-kan dengan teori parenting kekinian, namun yang saya yakin adalah tidak ada 100% formula yang sempurna dalam menghadapi buah hati kita, karena setiap anak diciptakan special. Belajar ilmu parenting sangat penting, namun bukan berarti mutlak bisa kita terapkan pada anak kita secara kesuluruhan. Bagi saya, memahami karakter anak kita adalah sebuah keharusan, sehingga pada saat belajar teori mendidik anak, kita akan mampu mengadopsi dan mengadaptasinya sesuai kebutuhan kita dan anak kita, bukan menerapkannya secara mentah-mentah.

Semoga bermanfaat….

*Re2017 

No comments:

Post a Comment