Minggu sore itu,
K berceloteh tentang ayahnya… “Ma, aku kemarin loh diantar sekolah sama Ayahku…
Trus aku ke rumahnya Ayahku… Ayahku mancing Ma, dapat ikan buesaaaaar…” dan
seterusnya dan seterusnya… Dan yang terjadi kemudian, karena Mamanya ini
kebingungan harus merespon bagaimana, akhirnya mengontak Ayahnya, memintanya
untuk menelpon K. Diluar dugaan, jawaban Ayahnya malah lebih dari yang
diharapkan, beliau mengatakan besok akan datang ke rumah untuk menjenguk K… What a surprise 😍. Rupanya saat itu Ayah K
sudah berada di Surabaya dan memang sudah berniat untuk datang ke Malang
mengunjungi anaknya ini. Rasanya bahagiaaa sekali, karena setelah 3 tahun 8
bulan, akhirnya K akan bertemu kembali dengan Ayahnya. Rasanya tidak menyangka,
genap satu bulan setelah tulisanku tentang pertanyaan-pertanyaan K waktu itu, Gusti Yang Maha Kuasa mengabulkan doa
kami…
Senin sorenya,
Ayah K benar-benar datang. Rasanya agak dheg-dheg-an juga, gimana reaksi K
ketemu Ayahnya, apakah dia akan menolak? Nangis? Jerit-jeritkah? … ternyata,
Gusti Maha Besar 😍 Ketika
Ayahnya berdiri di depan pintu, K senyum malu-malu sambil melirik ke Ayahnya…
Tidak ada ketakutan, tidak jejeritan, apatah lagi menangis… Wajahnya sumringah,
tersipu-sipu… [dan walhasil Mamanya mbrebes mili 😜].
Memang sih, belum mau salim sama Ayahnya, tapi dia terus melihat Ayahnya dengan mata
berbinar. Setelah Ayahnya bebersih badan dan sekedar minum kopi sebentar, kami
bertiga berjalan kaki untuk membeli makan malam, daaaan K pun bergandengan
tangan dengan Ayahnya … 😍 Hanya berselang 2 jam saja, K sudah mau dipangku Ayahnya, memanggil-manggil
Ayahnya dan mengajak main Ayahnya sampe jam 12 malam 😝
Hari
selanjutnya, karena kedatangan Ayahnya mendadak, maka semua jadwal ku-reschedule.
Ini waktu yang sangat penting untuk bonding antara K dengan Ayahnya, sehingga kami
berdua harus hadir untuk K. Hari Selasa kami habiskan bertiga ke wisata alam di
kota Batu, berkunjung ke rumah Paman di Songgoriti, Berfoto-foto di Office
Block KWB dan maem Pizza di P** (gak boleh sebut sponsor kan hahaha…). K
berjalan dituntun Ayahnya, gendong belakang di punggung Ayahnya, lari-lari
dikejar Ayahnya, foto-foto sama Ayahnya… And she looks so happy, so proud… Iya,
proud… Bangga. Akhirnya dia bisa bercerita ke adhek tetangga sebelah dengan
kebanggaannya, “Dhek, ini Ayahku… Ayahku datang Dhek…” [Dialog ini sungguh
kudengar dari mulut mungilnya itu, dan emaknya mewek lagi 😭].
Hari Rabu kami
maksimalkan untuk bersama keluarga besar. Kami makan bersama di Rumah Makan
yang menjadi favorit Ayah K. Apapun yang terjadi, Ayah K tetap menjadi akan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keluarga kami. Rabu malam itu semua
kumpul di rumah, karena rencana awalnya aku harus berangkat ke Jogja dan Ayah K
harus kembali ke Surabaya untuk pekerjaannya. Namun, ketika kami berpamitan
pada K, dengan wajah sendunya K mengangguk dan melihat ke kami berdua… Maka tak
ayal lagi, air mata mengalir di pipi kami, dan akhirnya membatalkan
keberangkatan kami 😭😭😭
Tibalah akhirnya
Ayah K harus berpamitan. Kamis malam itu Ayah K berpamitan ke Kakek dan K.
Malam itu sih K tampak baik-baik saja… Dia meng-ia-kan Ayahnya pamitan, dan Ayahnya
nampak lega sekali. Namun berbeda yang terjadi di hari Jumatnya, saat Ayahnya
berpamitan, K tidak mau melihat, tidak mau mendengar… dia tidak menghiraukan Ayahnya. Ayah K menjadi
galau kembali. Akhirnya keputusan mendadak terpaksa dibuat: K mengantar Ayahnya
sampai Surabaya. Tujuannya cuma satu: Agar ada tambahan waktu buat K dan
Ayahnya. Sepanjang perjalanan Malang-Surabaya, K duduk di pangkuan Ayahnya. Kami berusaha
menjelaskan bahwa Ayahnya harus bekerja kembali di Papua, dan Ayahnya berjanji
akan lebih sering untuk mengunjungi K. Maka ketika kemudian Ayahnya benar-benar
harus berangkat, akhirnya K benar-benar bisa melepasnya. Sabtu siang itu, setelah
memeluk dan mencium K, Ayahnya masuk ke taxi menuju bandara. Dan dengan tatapan
matanya yang –entahlah-, dia melihat taxi itu sampai menghilang, kemudian dia
menoleh padaku dan bertanya: “Ayah kerja yaa Ma…?” Dan aku pun hanya mampu
menganggukkan kepalaku saja 😭
[Perpisahan K
dengan Ayahnya terlewat untuk ter-capture, karena kami terlalu mengharu biru… ]
Anyway,
Bonding antara K
dan Ayahnya, rasa-rasanya mungkin tercipta karena selama ini meskipun K tidak
pernah bertemu langsung dengan Ayahnya, namun dia tetap mengenalnya melalui
foto-foto yang ditunjukkan padanya, juga mendengarkan suaranya via telepon. Dan
yang paling penting tentu saja, karena mereka adalah Ayah dan Anak, dan tak
satupun di alam ini yang akan menyangkalnya.
Selain itu, dibutuhkan kematangan dari kedua belah pihak untuk mampu
berkomunikasi demi si buah hati. Itu
bukanlah suatu hal yang mudah, namun bukan pula hal yang tak mungkin.
Saling memaafkan, saling mengalah, dan bekerjasama demi si buah hati… karna hanya K lah perekatnya kini.
Terima kasih
Ayah K, untuk tetap menjadi sahabat, abang, PIC or whatever we called it… My
respect goes to you… 👌
Special thanks
to Sahabat, yang menemani kami mengantar Ayah K… Semoga suatu hari kelak dirimu
pun akan melalui hal yang indah seperti yang kami rasakan… You will have it
someday Bro… Hormat! 💪👌
No comments:
Post a Comment