Sunday, May 7, 2017

Daddy-Daughter Bonding itu benar adanya…

Minggu sore itu, K berceloteh tentang ayahnya… “Ma, aku kemarin loh diantar sekolah sama Ayahku… Trus aku ke rumahnya Ayahku… Ayahku mancing Ma, dapat ikan buesaaaaar…” dan seterusnya dan seterusnya… Dan yang terjadi kemudian, karena Mamanya ini kebingungan harus merespon bagaimana, akhirnya mengontak Ayahnya, memintanya untuk menelpon K. Diluar dugaan, jawaban Ayahnya malah lebih dari yang diharapkan, beliau mengatakan besok akan datang ke rumah untuk menjenguk K… What a surprise 😍. Rupanya saat itu Ayah K sudah berada di Surabaya dan memang sudah berniat untuk datang ke Malang mengunjungi anaknya ini. Rasanya bahagiaaa sekali, karena setelah 3 tahun 8 bulan, akhirnya K akan bertemu kembali dengan Ayahnya. Rasanya tidak menyangka, genap satu bulan setelah tulisanku tentang pertanyaan-pertanyaan K waktu itu, Gusti Yang Maha Kuasa mengabulkan doa kami…

Senin sorenya, Ayah K benar-benar datang. Rasanya agak dheg-dheg-an juga, gimana reaksi K ketemu Ayahnya, apakah dia akan menolak? Nangis? Jerit-jeritkah? … ternyata, Gusti Maha Besar 😍 Ketika Ayahnya berdiri di depan pintu, K senyum malu-malu sambil melirik ke Ayahnya… Tidak ada ketakutan, tidak jejeritan, apatah lagi menangis… Wajahnya sumringah, tersipu-sipu… [dan walhasil Mamanya mbrebes mili 😜]. Memang sih, belum mau salim sama Ayahnya, tapi dia terus melihat Ayahnya dengan mata berbinar. Setelah Ayahnya bebersih badan dan sekedar minum kopi sebentar, kami bertiga berjalan kaki untuk membeli makan malam, daaaan K pun bergandengan tangan dengan Ayahnya … 😍 Hanya berselang 2 jam saja, K sudah mau dipangku Ayahnya, memanggil-manggil Ayahnya dan mengajak main Ayahnya sampe jam 12 malam 😝


Hari selanjutnya, karena kedatangan Ayahnya mendadak, maka semua jadwal ku-reschedule. Ini waktu yang sangat penting untuk bonding antara K dengan Ayahnya, sehingga kami berdua harus hadir untuk K. Hari Selasa kami habiskan bertiga ke wisata alam di kota Batu, berkunjung ke rumah Paman di Songgoriti, Berfoto-foto di Office Block KWB dan maem Pizza di P** (gak boleh sebut sponsor kan hahaha…). K berjalan dituntun Ayahnya, gendong belakang di punggung Ayahnya, lari-lari dikejar Ayahnya, foto-foto sama Ayahnya… And she looks so happy, so proud… Iya, proud… Bangga. Akhirnya dia bisa bercerita ke adhek tetangga sebelah dengan kebanggaannya, “Dhek, ini Ayahku… Ayahku datang Dhek…” [Dialog ini sungguh kudengar dari mulut mungilnya itu, dan emaknya mewek lagi 😭].


Hari Rabu kami maksimalkan untuk bersama keluarga besar. Kami makan bersama di Rumah Makan yang menjadi favorit Ayah K. Apapun yang terjadi, Ayah K tetap menjadi akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keluarga kami. Rabu malam itu semua kumpul di rumah, karena rencana awalnya aku harus berangkat ke Jogja dan Ayah K harus kembali ke Surabaya untuk pekerjaannya. Namun, ketika kami berpamitan pada K, dengan wajah sendunya K mengangguk dan melihat ke kami berdua… Maka tak ayal lagi, air mata mengalir di pipi kami, dan akhirnya membatalkan keberangkatan kami 😭😭😭



Tibalah akhirnya Ayah K harus berpamitan. Kamis malam itu Ayah K berpamitan ke Kakek dan K. Malam itu sih K tampak baik-baik saja… Dia meng-ia-kan Ayahnya pamitan, dan Ayahnya nampak lega sekali. Namun berbeda yang terjadi di hari Jumatnya, saat Ayahnya berpamitan, K tidak mau melihat, tidak mau mendengar…  dia tidak menghiraukan Ayahnya. Ayah K menjadi galau kembali. Akhirnya keputusan mendadak terpaksa dibuat: K mengantar Ayahnya sampai Surabaya. Tujuannya cuma satu: Agar ada tambahan waktu buat K dan Ayahnya. Sepanjang perjalanan Malang-Surabaya, K duduk di pangkuan Ayahnya. Kami berusaha menjelaskan bahwa Ayahnya harus bekerja kembali di Papua, dan Ayahnya berjanji akan lebih sering untuk mengunjungi K. Maka ketika kemudian Ayahnya benar-benar harus berangkat, akhirnya K benar-benar bisa melepasnya. Sabtu siang itu, setelah memeluk dan mencium K, Ayahnya masuk ke taxi menuju bandara. Dan dengan tatapan matanya yang –entahlah-, dia melihat taxi itu sampai menghilang, kemudian dia menoleh padaku dan bertanya: “Ayah kerja yaa Ma…?” Dan aku pun hanya mampu menganggukkan kepalaku saja 😭


 [Perpisahan K dengan Ayahnya terlewat untuk ter-capture, karena kami terlalu mengharu biru… ]

Anyway,
Bonding antara K dan Ayahnya, rasa-rasanya mungkin tercipta karena selama ini meskipun K tidak pernah bertemu langsung dengan Ayahnya, namun dia tetap mengenalnya melalui foto-foto yang ditunjukkan padanya, juga mendengarkan suaranya via telepon. Dan yang paling penting tentu saja, karena mereka adalah Ayah dan Anak, dan tak satupun di alam ini yang akan menyangkalnya. Selain itu, dibutuhkan kematangan dari kedua belah pihak untuk mampu berkomunikasi demi si buah hati. Itu bukanlah suatu hal yang mudah, namun bukan pula hal yang tak mungkin.
Saling memaafkan, saling mengalah, dan bekerjasama demi si buah hati… karna hanya K lah perekatnya kini.
Terima kasih Ayah K, untuk tetap menjadi sahabat, abang, PIC or whatever we called itMy respect goes to you… 👌


Special thanks to Sahabat, yang menemani kami mengantar Ayah K… Semoga suatu hari kelak dirimu pun akan melalui hal yang indah seperti yang kami rasakan… You will have it someday Bro… Hormat! 💪👌



No comments:

Post a Comment