Saturday, March 24, 2012

Being a doctor, you can be everything

by Nuretha Hevy Purwaningtyas on Sunday, January 15, 2012 at 6:10pm


Dulu… sekitar 15 tahun yang lalu, dan beberapa tahun sesudahnya, dalam fikiran saya saat itu, setelah lulus dokter saya akan PTT di tempat terpencil, kemudian saya akan bekerja di RS sehingga dalam seminggu saya cukup jaga 2-3 kali saja, dan saya tidak berniat buka praktek pribadi karena sisa waktu yang saya punyai adalah milik suami dan anak-anak. Sungguh sebuah pikiran yang sangat sederhana, karena memang hanya itu yang saya tau dengan menjadi dokter. Menjadi dokter yang ada di kepala saya adalah menjadi clinician, who work at the private clinic or hospital. Nothing else.


Memang belum ada survey resmi yang menyatakan motivasi seorang mahasiswa kedokteran ketika ia memilih jurusan pendidikan dokter, namun dari banyak bincang-bincang dengan kolega maupun dengan adhek-adhek yang saat ini kuliah di jurusan kedokteran, banyak yang menyampaikan bahwa alasan utama kuliah di kedokteran adalah karena orang tua yang mendorong mereka masuk kedokteran. Bahwa sebenarnya minat utama mereka adalah bukan di bidang kedokteran. Sekali waktu saya dipercaya oleh Kepala Lab Dept. IKM tempat saya bekerja, untuk sharing pengalaman saya di lapangan. Dalam kesempatan itu, selalu saya buka dengan pertanyaan: “Setelah lulus menjadi dokter, apa yang akan anda lakukan? Apa yang akan anda kerjakan?” Dan hampir 99% mahasiswa yang menjawab dengan jawaban yang klasik. Bekerja di RS. Bekerja di klinik. Buka praktek pribadi di rumah. Sekolah lagi, mengambil spesialisasi. Pertanyaan tersebut bukan hanya saya lontarkan kepada mahasiswa semester  1, namun juga adhek-adhek Dokter Muda / Co-Ass, yang notabene 6 bulan lagi akan lulus. Begitu mengingatkan saya pada diri sendiri, 8 tahun yang lalu.

Setiap kejadian memiliki 2 sisi hikmah. Begitupun bencana tsunami yang melanda Aceh pada 2004. Sebuah kejadian tak disangka yang menghantarkan saya pada pengkayaan yang luar biasa. Pengkayaan rasa yang membangun sisi humanis, pengkayaan pengalaman yang menakjubkan, yang kemudian mengenalkan saya pada beragam hal hingga menghantar pemahaman saya saat ini bahwa DENGAN MENJADI DOKTER, KITA BISA MENJADI APAPUN YANG KITA INGINKAN. Inilah yang kemudian menjadi salah satu visi saya saat ini, membuka wawasan adhek-adhek saya di bangku kuliah kedokteran, bahwa you can be more than just ordinary doctor.

Seorang dokter, bisa menjadi clinician, atau dokter klinis yang telah diketahui banyak orang. Dokter klinis umum atau spesialis, tentu tergantung interest masing-masing (dan kedalaman kocek untuk sekolah lagi, hehehe). Tentu tak perlu lagi dijelaskan. Tapi ada banyak bidang yang bisa digeluti oleh seorang dokter.

Dokter yang tertarik dengan olahraga, bisa mendalami sports medicine – kalau di Indonesia spesialis kedokteran olah raga. Tentu ini masih dalam ranah klinis.

Dokter yang sangat suka dengan kasus-kasus misterius macam homicide, suka ama detective conan misalnya, suka ngikutin film CSI, sangat bisa mendalami bidang hukum & investigasi, menjadi Spesialis Forensik (SpF) misalnya [mungkin bidang ini ada breakdown lagi lainnya yang tidak saya pahami, namun yang saya ketahui hukum dan forensic deket banget relasinya].

Dokter yang dulunya bercita-cita jadi guru, bisa menjadi dosen ataupun trainer misalnya. Yang ini cita-cita saya masa kecil, Alhamdulillah kesampaian juga hehehe ;)

Dokter yang tertarik pada bidang ilmu ekonomi, bisa mendalami masalah health financing. Scope ilmu ini juga sangat luas kemanfaatannya. Kalo kata WHO sih, seperti ini: “Health financing is concerned with how financial resources are generated, allocated and used in health systems. Examples of health financing issues include: (i) how and from where to raise sufficient funds for health; (ii) how to overcome financial barriers that exclude many poor from accessing health services; or (iii) how to provide an equitable and efficient mix of health services.”

Dokter yang tertarik dengan politik dan kebijakan, bisa mendalami health policy. Dimana nantinya akan sangat berperan penting pada kebijakan-kebijakan yang menentukan kemana system kesehatan kita akan dibawa. Yang akan menentukan bagaimana masyarakat miskin bisa tetap terpenuhi kebutuhan dan haknya untuk tetap sehat.

Dokter yang tertarik dengan teknik bisa mendalami medical engineering. Yang menurut http://science-engineering.net/medical_engineering.htm: “Medical Engineering encompasses a broad range of activities, and is alternatively called Bioengineering and Biomedical Engineering. It is a multi-disciplinary subject integrating professional engineering activities with a basic medical knowledge of the human body and an understanding of how it functions when healthy, diseased or injured. Many of the advances in this field now seem commonplace - hip replacements, pacemakers, medical imaging, life support systems and medical lasers are just a few examples of the results of the work of Medical Engineers.”

Dan masih banyak sekali peluang yang bisa dilakukan oleh dokter. Menjadi Health Project Manager, Health Program Manager, Direktur RS – dengan bersekolah dulu di MMRS – misalnya. Yang hobi petualangan bisa bergabung dengan organisasi petualangan atau outbound sebagai medical team organisasi tersebut misalnya. Yang suka dengan situasi emergency bisa selalu menjadi bagian dari medical emergency team, yang senang dengan kegiatan social bisa menjadi social worker, yang tertarik dengan lingkungan bisa menjadi dokter activist environmental health misalnya. Dokter yang suka penelitian bisa (banget) menjadi researcher, baik clinical researcher maupun social researcher, why not? Dan masih banyak misal-misal yang lain lagi…

See, ternyata benar kan, being a doctor you can be everything you want to. Jadi let’s not just being ordinary doctor… let’s become a special one ;)
 ·  ·  · Share · Delete

No comments:

Post a Comment