Saturday, March 24, 2012

Surat Keterangan Dokter

by Nuretha Hevy Purwaningtyas on Saturday, July 30, 2011 at 9:49pm 

Barusan ada pasien. Masih muda. Cantik. Nampak sehat. Dengan keluhan bla-bla-bla… Dengan uraian panjang x lebar x tinggi [volume kaleeee… hehehe] pasien berusaha menjelaskan dan saya pun berusaha menggali informasi sebanyak-banyaknya. Setelah melakukan anmnesa, saya mulai melakukan pemeriksaan pada pasien ini. Menyeluruh. And nothing. Tidak ada yang saya temukan. Setelah pemeriksaan dan diskusi panjang lebar [secara saya juga cerewet, seneng banget ngasi KIE / informasi ke pasien] dan… eng-ing-eng… Pasien ini berkata: “Dokter, saya bisa minta surat keterangan dokter? Kebetulan 3 hari kemarin kan kakek saya meninggal jadi saya tidak bisa masuk kerja dan sangat kelelahan. Bisa ya Dokter?” BLARRRR!!! …. Ealaaaah, pantesan aku sulit banget negakin diagnose buat pasien satu ini, lah wong semua pemeriksaan normal jee… Gubrax!!


Saya yakin diantara sejawat semua sering sekali menerima hal2 semacam ini. Bukan sesuatu yang sangat asing. Dan kenapa saya mengangkatnya dalam bentuk tulisan seperti ini? Karena saya merasa akhir2 ini “surat sakti” Dokter tersebut banyak sekali dimanfaatkan oleh oknum2 yang tidak bertanggungjawab. Disatu sisi mungkin mudah buat kita mengeluarkan surat tersebut. Tapi ingatkah kita banyaknya terdakwa2 kasus korupsi yang kemudian mangkir dengan alasan tidak sehat? Membutuhkan istirahat bahkan pengobatan ke negeri tetangga, padahal itu sesuatu yang fiktif.
Ok, dalam kasus tadi mungkin tidak segitu amat kaleee… tapi sadarkah kita bahwa sesuatu yang “nggak segitu amat kaleee…” ini  kalo dikumpulkan bisa memiliki efek bola salju? Just exactly like what happen today. These days.

Maka dengan sangat berat hati, dan setelah berkonsultasi dengan manajemen klinik tempat saya praktek, saya dengan “berat hati” menyampaikan kepada nona tersebut, bahwa kami tidak bisa mengeluarkan surat keterangan dokter untuk dia. Saya yakin keputusan ini akan memiliki efek, positif dan negative. Bisa jadi si Nona menyebarkan pada teman2nya untuk tidak datang ke klinik ini karena disini tidak bisa memberi surat keterangan dokter [fiktif], which is mungkin akan berimplikasi terhadap angka kunjungan. But I (we) still believe that HE will proud of our honesty. Bahwa kami masih memiliki dignity dengan kejujuran ini. Dan saya tau bahwa kejujuran memang mahal. Tapi let HIM decide apakah yang kami lakukan ini masih bermakna untuk blessingNYA.

Coz I believe that HE is agree with what we’ve done. Other thing? Is nothing.


Malang, 28 Juli 2011
 ·  ·  · Share · Delete

No comments:

Post a Comment