Thursday, March 22, 2012

Mencuplik sebuah diskusi: kesejahteraan dokter

by Nuretha Hevy Purwaningtyas on Wednesday, August 26, 2009 at 12:16pm 

Idealnya demikian: gaji tidak sesuai, resign saja. Untuk profesi dokter realitanya agak sulit karena posisi dokter sangat lemah, sama seperti "buruh tani" bukan "petani" yang punya sawah.

Saya ambil perbandingan dengan profesi mandiri lain misalnya arsitek, notaris (mungkin tidak tepat benar);

* Dokter berhadapan dengan orang sakit yang sangat menggantungkan diri pada dokter dan banyak yang miskin; Arsitek/Notaris berhadapan dengan orang sehat yang punya duit.

* Dokter dibayar ngicrit-ngicrit, rupiah kecil; Arsitek/Notaris bisa 3-7% dari total nilai projek, bila Rp 100 milyar bisa dapat Rp3-7 milyar sekali pukul.

* Dokter kebanyakan PNS yang gajinya kecil, tidak masuk akal, tuntutan besar sehingga perlu mocok-mocok cari tambahan praktik swasta, RS, dlsb tidak fokus di PNSnya; Arsitek/Notaris jarang yang PNS.

* Dokter dalam cengkraman pemilik modal (RS, Klinik) karena butuh alat mahal di luar daya belinya (obat, alkes, CT scan, MRI, dlsb); Arsitek/Notaris asal ada kantor, komputer AutoCAD cukup.

* Dokter sampai ke pinggir-pinggir negeri; Arsitek./Notaris cukup di kota besar saja.

* Dokter didoktrin tidak boleh jadi pedagang (maksudnya mungkin pedagang yang tidak beretika, pedagang pun sangat beretika/good corporate governance); Arsitek/Notaris tidak ada doktrin itu.

* Dokter dengan kondisi lemah diatas jadi sasaran empuk pedagang eceran misalnya obat, alkes dengan kongkalikong karena pasien kondisi lemah; Arsitek/Notaris berhadapan dengan pedagang dalam posisi sama kuat.

Agar keluar dari posisi lemah tersebut, menurut hemat saya selain penguatan profesional juga perlu penguatan finansial.

...... dst

===///
hmm,
tapi kenapa sampai sekarang profesi dokter masih diminati ya?
*mikir keras*


No comments:

Post a Comment