Sedikit mencuplik sebuah tulisan yang indah untuk direnungkan... Meskipun menurutku sih judulnya lebih cocok ke “KIMIA KEHIDUPAN” seharusnya karena meng-analogi-kan konsentrasi garam dalam air segelas dan sedanau. Kalo analogi penampang-gaya-tekanan seperti ini kek nya ceritanya mestinya ke … yaaaah mungkin sejenis kapal gitu, hehehe…
Anyway…. Yeah, it's about the time untuk meluaskan hati ;)
Seorang guru yang bijaksana tiba-tiba didatangi oleh seorang murid nya. Murid ini mengeluh pada sang guru tentang masalah nya. Ia berkata pada sang guru, kenapa saya selalu diberi masalah. Rasanya Tuhan tidak adil.
Sang guru itu pun hanya tersenyum dan meminta murid ini untuk mengambil segelas air. Murid ini melakukan apa yang diperintahkan sang guru. Sang guru pun kemudian mengatakan pada murid ini, Kamu tidak lebih seperti gelas ini. Murid ini melihat gelas tersebut dan mulai merasakan kebingungan.Sang guru pun mengambil sesendok garam dan memasukkannya di dalam gelas tersebut dan bertanya pada murid tersebut, Tolong cicipi air di dalam gelas ini. Apa rasanya? Sang murid mulai mencicipi air di dalam gelas dan mengatakan rasanya asin.
Sang guru ini kemudian mengajak murid ini berjalan menuju sebuah danau di belakang rumah sang guru dan mulai menuangkan sisa garam tersebut ke danau dan kembali bertanya pada murid nya, Bagaimana rasa air di dalam danau tersebut?. Sang murid mulai mengambil air dan meminum nya. Murid ini hanya merasakan air tawar yang berada di dalam air.
Gelas dan danau merupakan sebuah model luas penampang hati manusia. Di dalam fisika kita mengenal rumusan dari Tekanan yaitu, P = F/A dimana P adalah tekanan, F = gaya yang diiberikan, dan A adalah luas penampang. Dari rumusan ini didapatkan tekanan selalu berbanding terbalik dengan luas penampang.
Untuk mendapatkan tekanan yang rendah maka kita harus memberikan luas penampang yang besar. Jika tekanan ini adalah tekanan dari masalah yang kita hadapi, dan luas penampang adalah luas hati kita, maka semakin kita meningkatkan luasnya hati (melapangkan hati) kita maka kita mendapatkan semakin rendahnya tekanan dari masalah kita, bahkan bisa jadi seperti tidak ada masalah.
Gelas dan danau memiliki luas penampang yang berbeda. Jika masalah ini ditampung oleh hati yang sempit, maka terasa masalah ini menjadi semakin berat diakibatkan tekanan semakin besar. Berbeda halnya jika masalah ini ditampung oleh hati yang luas alias lapang maka, tekanan terhadap masalah ini semakin kecil bahkan tidak terasa sebagai masalah.
Masalah bukanlah sebuah masalah sebelum dimaknai sebagai masalah. Masalah yang kita peroleh menjadi masalah saat kita menampung nya dengan hati yang sempit. Untuk menghasilkan hati yang luas/lapang dibutuhkan keikhlasan dan rasa syukur serta kebijaksanaan dalam memaknai setiap kejadian yang kita alami.
Apa yang kita sebut sebagai masalah hanyalah sebuah kejadian netral. Ia menjadi masalah karena kita memaknainya sebagai masalah dan tidak mengikhlaskan menerima nya.
Bebaskan diri kita dengan memperluas/melapang kan hati kita, kata sang Guru pada murid nya. Sang Guru mulai menjelaskan pada muridnya bahwa gelas dan danau adalah diri kita dan garam adalah masalah kehidupan.
Saat engkau menjadi gelas maka masalah kehidupan itu begitu terasa dalam diri kamu, sedangkan saat kamu memutuskan menjadi danau maka, masalah kehidupan yang jauh lebih banyak malah menjadi sangat tidak terasa.
Murid ini pun akhirnya mengikuti sang Guru dan menjadi seorang yang bijaksana dan membebaskan diri nya dengan senantiasa memperluas/melapang kan hati nya. Bagaimana dengan Anda, kapan Anda mulai memutuskan untuk memperluas hati Anda, Sekarang atau sesaat lagi. Semua nya adalah keputusan Anda. Putuskan sekarang juga dan lakukan berbagai tindakan untuk mendukung keputusan anda.
Sumber : Tidak diketahui
No comments:
Post a Comment