Mencuplik tulisan Rhenald Kasali yang dimuat di harian Jawa Pos, hari ini tanggal 31 Oktober 2011, berjudul “BETTER GENERATION”. Sengaja beberapa bagian ditulis ulang persis, secara harian Jawa Pos online nggak bisa di-share kayak Kompas, sementara konten tulisan beliau bagus banget, hehehehiks… [dasar maunya gratisan, kwkwkw…]
Berikut beberapa point yang cukup bagus dari tulisan beliau:
Generasi baru ini, kalau ditelusuri ke belakang, ternyata bukan hanya dibentuk oleh sekolah tinggi yang diperoleh dari barat, melainkan pendidikan yang baik pada golden age (usia 3-6 tahun). Inilah usia prasekolah yang tidak dinikmati kalangan “prasejahtera” yang sejak reformasi jumlahnya bertahan sekitar 31 juta jiwa.
Anak-anak yang dibesarkan di kelompok prasejahtera jarang menikmati pendidikan taman kanak-kanak yang baik. […]Celakanya, UU sisdiknas tidak menyentuh pendidikan di usia emas itu. Tidak ada subsidi pada level pra-sekolah. Untuk masuk TK, anak-anak prasejahtera harus membayar Rp 125.000,- Rp 200.000,- per bulan. Siapa yang mampu?
Pada usia emas itu, seorang generasi baru memupuk rasa percaya diri dan kemampuan bergerak yang tersimpan dalam saraf2 motoriknya. Jadi bukan IQ atau Indeks Prestasilah yang membuat suatu generasi mampu menjadi penerus yang hebat. Sebab, IQ dan IPK hanyalah potensi belaka, yang baru menjadi “sesuatu” kalau mereka mampu bergerak mendatangi “pintu” masa depan.
[….]
Para ahli pendidikan percaya, better generation itu dibentuk bukan oleh kemampuan ca-lis-tung (baca-tulis-hitung) seperti yang digusarkan sebagian besar orang tua dewasa ini. Mereka sukses justru oleh life skills yang ditanam sejak prasekolah. Tanyakanlah kepada anak-anak itu [ret: Anindya Bakrie, Bari Hamami, Dewi Gontha, Svida Alisjahbana, Sandiaga Uno dll], apakah benar mereka menjalani sekolah dengan nilai matematika, fisika dan kimia yang tinggi?Bukan, melainkan oleh ketrampilan hidup seperti mengelola rasa frustrasi, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, mengambil keputusan dan seterusnya. Ketrampilan hidup inilah modal penting untuk menembus masa depan, bukan uang. Dengan ketrampilan hiduplah seorang anak petani atau nelayan miskin mampu mengubah nasibnya menjadi industriawan atau banker besar.
The right place.
Better generation on the right place! Selain pembentukan di usia emas, sebuah generasi baru berubah menjadi lebih baik bukan karena semata-mata urusan warisan. Mereka menjadi lebih baik karena berada atau meng-ekspos diri di tempat yang tepat.
[…]
[…] Pepatah mengatakan, “Anda akan menjadi seperti orang yang sehari-hari bersama Anda, “ You are, who your friends are!
[…] Anak-anak muda yang lahir setelah 1970 itu saya sebut sebagai generation C. Mereka curious, connected, co-creation, content creator dan cracker.
[…] Politik, lupakan saja dulu. Berfokus pada bisnis yang sehat jauh lebih baik.
So, comment?
No comments:
Post a Comment