Saturday, March 24, 2012

BETTER GENERATION

by Nuretha Hevy Purwaningtyas on Monday, October 31, 2011 at 4:04pm 


Mencuplik tulisan Rhenald Kasali yang dimuat di harian Jawa Pos, hari ini tanggal 31 Oktober 2011, berjudul “BETTER GENERATION”. Sengaja beberapa bagian ditulis ulang persis, secara harian Jawa Pos online nggak bisa di-share kayak Kompas, sementara konten tulisan beliau bagus banget, hehehehiks… [dasar maunya gratisan, kwkwkw…]


Berikut beberapa point yang cukup bagus dari tulisan beliau:

Generasi baru ini, kalau ditelusuri ke belakang, ternyata bukan hanya dibentuk oleh sekolah tinggi yang diperoleh dari barat, melainkan pendidikan yang baik pada golden age (usia 3-6 tahun). Inilah usia prasekolah yang tidak dinikmati kalangan “prasejahtera” yang sejak reformasi jumlahnya bertahan sekitar 31 juta jiwa.

Anak-anak yang dibesarkan di kelompok prasejahtera jarang menikmati pendidikan taman kanak-kanak yang baik. […]
Celakanya, UU sisdiknas tidak menyentuh pendidikan di usia emas itu. Tidak ada subsidi pada level pra-sekolah. Untuk masuk TK, anak-anak prasejahtera harus membayar Rp 125.000,- Rp 200.000,- per bulan. Siapa yang mampu?

Pada usia emas itu, seorang generasi baru memupuk rasa percaya diri dan kemampuan bergerak yang tersimpan dalam saraf2 motoriknya. Jadi bukan IQ atau Indeks Prestasilah yang membuat suatu generasi mampu menjadi penerus yang hebat. Sebab, IQ dan IPK hanyalah potensi belaka, yang baru menjadi “sesuatu” kalau mereka mampu bergerak mendatangi “pintu” masa depan.

[….]

Para ahli pendidikan percaya, better generation itu dibentuk bukan oleh kemampuan ca-lis-tung (baca-tulis-hitung) seperti yang digusarkan sebagian besar orang tua dewasa ini. Mereka sukses justru oleh life skills yang ditanam sejak prasekolah. Tanyakanlah kepada anak-anak itu [ret: Anindya Bakrie, Bari Hamami, Dewi Gontha, Svida Alisjahbana, Sandiaga Uno dll], apakah benar mereka menjalani sekolah dengan nilai matematika, fisika dan kimia yang tinggi?
Bukan, melainkan oleh ketrampilan hidup seperti mengelola rasa frustrasi, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, mengambil keputusan dan seterusnya. Ketrampilan hidup inilah modal penting untuk menembus masa depan, bukan uang. Dengan ketrampilan hiduplah seorang anak petani atau nelayan miskin mampu mengubah nasibnya menjadi industriawan atau banker besar.

The right place.

Better generation on the right place! Selain pembentukan di usia emas, sebuah generasi baru berubah menjadi lebih baik bukan karena semata-mata urusan warisan. Mereka menjadi lebih baik karena berada atau meng-ekspos diri di tempat yang tepat.

[…]

[…] Pepatah mengatakan, “Anda akan menjadi seperti orang yang sehari-hari bersama Anda, “ You are, who your friends are!
[…] Anak-anak muda yang lahir setelah 1970 itu saya sebut sebagai generation C. Mereka curious, connected, co-creation, content creator dan cracker.

[…] Politik, lupakan saja dulu. Berfokus pada bisnis yang sehat jauh lebih baik.


So, comment?
 ·  ·  · Share · Delete
  • 1 share
    • Fitri Emizola Anak anak adalah masa depan....
    • Mourein Enuor 
      thank you sista,,, jadi kalo di awal 2 tahun pertama, perkembangan otak manusia harus di supply dgn berbagai nutrisi, nah di Golden Age ini, lebih ke kreatifitas nyata, sosialisasi, dan the right place with the right people... agreed with this article :) *dari dulu aku mendukung prasekolah.... n IQ tinggi memang ga menjamin yah, banyak bukti, IQ jenius pun, secara mental ga semua mereka bisa hadapi..... so.... let's make a better generation ... (to bad tida
      ada subsidi di masa emas ini, untuk DP aja, lebih mahal daripada masuk SD,SMP, SMU :(
    • Irpangesti Estea 
      Kalau selama ini, pendidikan di usia emas itu adalah hak istimewa yang dimiliki ortu (ibu) selama anak masih belum mengecap pendidikan formal. Saat ini, paradigma pendidikan kita masih menganggap bahwa usia kematangan anak untuk memasuki pendidikan formal adalah pada usia 7 tahun, sehingga jika anak masuk SD lebih dini, dikhawatirkan akan mengalami kebosanan belajar sehingga prestasi akan menurun setelah mencapai SMA. padahal faktanya banyak juga anak2 yang memulai SD lebih muda dan tetap berprestasi secara IQ dan EQ, asalkan dibarengi kecukupan gizi, lingkungan belajar yang memadai dan keluarga yang mendukung anak untuk terus meningkatkan kemampuannya. Yang menjadi dilema adalah ortu yang sibuk bekerja dan tidak memahami apa yang harus dilakukan untuk mengisi usia emas putra-putrinya, umumnya mereka menyerahkan anak pada pembantu/baby sitter yang kurang cakap, sehingga usia emas ini terbuang sia2...
    • Nuretha Hevy Purwaningtyas 
      Yaah, memang masih terbalik fokus pendidikan kita yaah... masa2 penting malah neglected. Dulu pernah waktu sharing sama kakak sepupu yang guru TK, dia hanya digaji awalnya 75ribu sebulan, selama beberapa tahun sampai jadi 150 ribu sebulan (itu taun 2009 loh...!!!). Aku langsung shock... cuman mikir, gimana mungkin orang2 yang kita minta mendidik anak2 kita di usia emas-nya, hanya digaji sekecil itu?? Bukan meremehkan, tapi mestinya kualitas sebanding dengan apresiasi bukan? dan gaji/honor adalah salah satu bentuk apresiasi tersebut... so?
    • Indri Drie dik pep# tp itulh realita dilpngan .....jngnkn di th 2009 thn 2011 pun msh bnyk gji guru pra SD khususnya non pns yg dibwh gaji bbysster or pmbntu.....bhkn tuk schol yg brkualits sklipun trutma yg brnaung disbuah yysn.....
    • Deddy Suriansyah Thank you for the share ya Doc... ^^
    • Muhammad Khamim Segala sesuatu bisa berubah kalau kita mau melakukannya, syukur, sabar dan kemauan yang tinggi adalah pedang tajam pembuka perubahan..jadi mulailah sekarang jangan ditunda lagi..
    • Nuretha Hevy Purwaningtyas your welcome Mas Deddy ... semoga bermanfaat ;)
    • Nuretha Hevy Purwaningtyas Mas Khamim, itu di tataran individual Mas... however, policy yang mendukung perubahan tersebut juga harus ada. Kalau hanya unsur individual saja yang bergerak, jadinya seperti sapu lidi yang terburai, nggak bisa buat nyapu Mas... hehehe, nyambung gak si analogi-nya? hmmm ... ;)
    • Muhammad Khamim kan semua berangkat dari diri sendiri dulu, baru policy yg lain..lebih cepat mana perubahan nya kalo dibalik coba..
    • Nuretha Hevy Purwaningtyas lebih cepat combine Mas e... bottom up dimulai dari individu, dan disambut top down dari policy maker, hehehe ;p

No comments:

Post a Comment